Bisnis.com, JAKARTA – Industri material bangunan mulai menemukan titik cerah pada akhir kuartal III/2020. Walaupun permintaan komponen bangunan diramalkan akan terus menguat hingga akhir tahun, pabrikan dinilai harus bersiap kembali menghadapi penurunan permintaan di awal 2021.

Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) mendata pandemi Covid-19 telah memukul utilisasi industri ke level 30 persen pada April-Mei 2020. Namun demikian, asosiasi mendata permintaan baja ringan terus meningkat pasca-Lebaran.

“Utilisasi di September sudah 85 persen. Kenapa bisa cepat [perbaikannya]? Karena memang [pabrikan] baja ringan ini banyak di luar Pulau Jawa, jadi tidak hanya mengandalkan [permintaan di] Pulau Jawa,” kata Ketua Umum ARFI Stephanus Koeswandi kepada Bisnis, Kamis (15/10/2020).

Stephanus menyatakan perbaikan pasca-Lebaran disebabkan oleh pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 dan pembangunan rumah korban terdampak bencana. Stephanus mendata pendorong permintaan pada pasca Lebaran datang dari pembangunan rumah darurat di Palu, Lombok, dan Konawe Utara.

Peningkatan utilisasi ke posisi 85 persen pada akhir kuartal III/2020 ditopang oleh kembali berjalannya pembangunan rumah tapak. “Di luar Jawa masih bisa melakukan pembangunan, itu yang meningkatkan konsumsi dari baja ringan dan genteng metal.”

Stephanus meramalkan peningkatan permintaan baja ringan akan terus bertahan hingga kuartal IV/2020. Namun demikian, Stephanus memperingatkan akan pelemahan siklikal terhadap industri komponen bangunan yang selalu terjadi pada awal tahun.

“Kami antisipasi bahwa pada awal tahun akan menurun [permintaan baja ringan]. Jadi, ini bukannya harus bergembira, tapi harus bersiap,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mencatat setidaknya ada sembilan provinsi yang memiliki pertumbuhan konsumsi semen secara bulanan. Asosiasi berharap permintaan semen per Oktober akan terus meningkat.

“Bisa diasumsikan kelihatannya sudah dimulai pembangunan infrastruktur dan perumahan dari pemerintah walau belum optimal tentunya. Kami harapkan bulan Oktober ini sudah lebih intensif,” katanya kepada Bisnis.

Adapun, kesembilan provinsi tersebut adalah DI Aceh (naik 7 persen), Sumatra Utara (naik 4,5 persen), Jambi (naik 5,9 persen) Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (naik 12 persen), Nusa Tenggara Timur (naik 30 persen), Maluku, dan Papua.

Adapun, tiga dari sembilan provinsi yang mengalami kenaikan berada di Pulau Sumatra yang notabenenya memiliki konsumsi yang tinggi. Seperti diketahui, permintaan semen dari wilayah Jawa dan Sumatra berkontribusi hingga 75 persen dari konsumsi nasional.

Walakin, peningkatan konsumsi semen di Aceh, Sumatra Utara, dan Jambi belum bisa mengungkit konsumsi semen secara nasional. Pasalnya, berdasarkan data ASI, konsumsi semen di Sumatra dan Jawa masing-masing turun 3,3 persen dan 14 persen secara tahunan per September 2020.

Dengan kata lain, konsumsi semen per September masih defisit sekitar 600.000 ton dibandingkan realisasi September 2019. Selain itu, konsumsi semen nasional sepanjang Januari-September 2020 masih defisit 4,3 juta ton atau lebih rendah 9 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu.

Sebelumnya, Widodo meramalkan kegiatan pembangunan infrastruktur baru dan perumahan akan dimulai sekitar September-Oktober 2020. Seperti diketahui, pembangunan perumahan mendominasi konsumsi semen nasional lebih dari 50 persen.

Hubungi Kami

Kirim Pesan

Layanan pelanggan kami siap membantu Anda dengan layanan & pertanyaan produk kami.

Download

Katalog SSS 2020

Katalog terbaru produk - produk Sutindo Surya Sejahtera

 

Produk
SSS

 

Tembaga

Aluminium

Kuningan

Bronze

Hydraulic Pipe

As Cor

Kabel

Timah Hitam

Kawat Las

Need Help? Chat with us